Selasa, 19 Oktober 2021

Kacau

Bumi seperti sedang berlomba dengan planet lain, ia berputar lebih cepat setiap harinya hingga waktu dikuasai kesempatan yang sudah terlewat, atau penyesalan yang sulit diperbaiki.

“Berisik.” Suara parau setengah berteriak, diikuti suara benturan ponsel yang mendarat di dinding lalu terkapar di lantai tak berdaya. Mataku masih terpejam lalu tiba-tiba aku tersadar akan apa yang baru saja kulakukan. Sial. Kupungut ponselku yang masih kokoh, ia tetap tegar mengeluarkan bunyi alarm yang menggangguku tetapi anehnya membuatku lega. Alhamdulillah, anggaran untuk beli ponsel baru belum ada bahkan hingga setahun ke depan. Setidaknya aku harus merawat ponsel ini agar tetap bisa kugunakan untuk menerima telepon atau membuka whatsapp. Dengan penuh upaya aku berjalan melewati baju-baju berserakan dan bungkus sisa makanan yang belum kubuang, menyalakan lampu LED 10 watt yang dalam sekejap mengubah kamarku yang suram tampak terang benderang. Dengan langkah gontai aku berjalan menuju kamar mandi, merasakan air dingin menyentuh tubuhku jengkal demi jengkal, lalu konser pun dimulai.

Neoyeossdamyeon eotteol geot gata

Ireon michin naldeuri ne haruga doemyeon marya

Neodo namankeum honja buseojyeo bondamyeon alge doelkka

Gaseumi teojil deut

Nal gadeuk chaeun tongjeunggwa

Eolmana neoreul wonhago issneunji

Naega neoramyeon geunyang nal saranghal tende

 

Suara-suara merasa merdu dan lantang dipantulkan oleh dinding keramik kamar mandi yang jika ia bisa bicara pasti akan protes setengah mati karena nada-nada sumbang yang setiap hari ia dengar. Belum lagi lirik yang tidak begitu jelas menambah rumah berantakan itu seketika terasa semakin kacau.

 Tergesa-gesa memilih kombinasi pakaian yang akan dikenakan, kaos kaki berwarna krem yang bagian bawahnya hitam dan bagian jempolnya terpisah memang kubeli secara masal, niatnya agar aku tidak perlu pusing memilih warna, tetapi itulah sumber masalah. Yang kutemukan hanyalah yang sebelah kanan, yang kiri entah dimana bersembunyi. Kubongkar isi laci lemari khusus untuk drama pencarian kaos kaki sebelah kiri yang hilang, tetapi nihil hingga waktu sudah mepet sekali dengan jam jemputan bus. Aku berlari ke pintu keluar memaksakan kaos kaki terpasang di kaki yang bukan peruntukannya, mencari sepatu yang terparkir tidak teratur di depan pintu, meraih helm dan jaket, lalu bergegas melajukan scoopy berwarna krem ke tempat dimana aku menunggu bus dan memarkir motor.

 

 

 

Itulah gambaran kehidupan pagi butaku, paska aku ditinggalkan.

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular Posts