Kamis, 11 November 2021

Kekasih Semalam #1

 Gili Trawangan.


"Eh, sorry mbak." Nampan berisi sebotol wine dan gelas kosong terjatuh tepat di depanku. Pecahan gelas nyaris terpental mengenai wajahku. Sesosok lelaki berkulit cokelat kemerahan sunburn bersigap menghampiriku dengan khawatir. Waiters langsung membersihkan pecahan gelas, sementara si lelaki berkulit gelap tadi menyentuh pundakku dari samping dan berbisik "Are you okay, mbak?" Aku spontan menoleh ke arahnya, fokusku langsung tertuju pada hidung yang sangat mirip perosotan itu. Alisnya tebal, bibirnya sedikit membuka hingga terlihat barisan gigi yang rapi disana.

"Mbak, kamu nggak papa?" tanyanya lagi kali ini sedikit menggerakkan tangannya di bahuku. "Hah, iya nggak papa kok mas." Aku mengalihkan pandanganku, semoga pengamatanku pada wajah si mas-mas tadi tidaklah kentara. 

Dia berbalik ke mejanya, mengambil sebotol bir lalu kembali ke mejaku. "Boleh join?"tanyanya sambil memposisikan kursi yang belum kujawab iya tetapi sudah ia duduki. "Nggak minum?" tanyanya. "Belum dateng." Jawabku diiringi sedikit senyum. "Bir?" Tanyanya lagi. "Jus cukup." Jawabku lagi. "No alcohol?" tambahnya. "Lagi nggak pengen." Aku sembari menggeleng. Ia tersenyum lalu meminum bir yang ada di gelasnya. 

Waiters datang membawa segelas orange juice pesananku, lalu menyalakan lilin di atas meja. Posisi kami tepat menghadap ke laut. Hingga angin pantai menyapu lilin perlahan namun tidak mematikan. Mataharipun perlahan tenggelam. Langit oranye, ombak, turis-turis, kusaksikan perpisahan antara laut dan jingga nan romantis itu. Aku mengabadikan momen itu dalam camera handphoneku. Aku sangat suka suasana ini. Berkali-kali kuarahkan cameraku pada objek yang tetap cantik diambil dari sudut manapun itu, hingga aku tak menyadari, lelaki asing di sampingku juga sibuk mengambil fotoku. Ketika aku tersadar, aku melihat ke arahnya, ia tertawa melihatku yang sedikit risih.

"Mau lihat hasilnya?" Tanyanya.

"Pasti cantik kan?" Aku percaya diri.

Ia tertawa sambil menyodorkan cameranya. Tampak wajahku dari samping yang senyum-senyum sambil mengambil gambar, aku terlihat manis di foto itu.

"Oh iya mbak, aku belum tau namamu."

"Belum tau nama tapi udah pede ya langsung duduk aja." Aku sedikit menyindir dan tertawa kecil..

"Kasihan kamu sendirian." Jawabnya cepat.

"Aku nggak bilang butuh temen." Aku menimpali lagi.

"Tapi kenyataannya butuh kan?" Intonasi bicaranya nakal. Aku tertawa karena kehabisan kata-kata untuk menyangkal.

"Jadmiko." Ia menyebutkan namanya namun dengan suara lirih dan sama sekali tidak menoleh ke arahku. Hening sejenak.

"Kamu juga dong sebutin nama." Sambil mendorong pelan bahuku dengan sok akrab.

"La emang kamu tanya?" Aku tertawa.

"Idealnya aja sih, kalau ada yang ngajak kenalan ya sebutin nama lah." Ekspresinya terlihat gemas.

"Oh, jadi ceritanya pengen kenalan nih." Suaraku mengejek.

"Jangan-jangan sebenernya kamu yang butuh temen." Sambungku lagi.

"Tauk ah." Ekspresinya kesal, aku tertawa keras. Tak ada kecanggungan lagi, seakan kami sudah lama saling mengenal.

"Dinar, Ristamaya Dinar Dewi." Akupun menyebutkan namaku. Dia tersenyum.

"Nah gitu dong, pertama kai kesini?" Tanyanya.

"Yup, dan nggak mengecewakan." Jawabku.

Langit yang mulai gelap, suasana romantis yang masih tersisa dari lilin yang tak kunjung padam, obrolqn hangat dengan lelaki menarik yang baru dikenal, membuat jari-jemariku sulit ditahan ingin menuliskan sesuatu. Kuraih ponsel, kubuka aplikasi keepnotes, lalu kutulis beberapa bait.


Entah bagaimana malam ini riuh

Suaramu lekat kuingat utuh

Sedikit, namun begitu rumit

Rindu saja, seperti ingin menyapa

Pesanmu seperti gigil dan saat ini aku begitu sakit

Berulang, kukenang, kupaksa otakku beku

Karena ternyata, aku hanya tahu namaku.



To be continue...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular Posts